Setelah hampir tiga tahun menerapkan kebijakan ketat Zero-COVID, pemerintah China secara resmi mencabut sebagian besar pembatasan pada akhir 2022. Langkah ini menjadi titik balik besar dalam penanganan pandemi di negara berpenduduk terbanyak di dunia tersebut. Kebijakan Zero-COVID sebelumnya mencakup karantina massal, lockdown mendadak, pelacakan kontak intensif, hingga pembatasan perjalanan antarwilayah. Meski berhasil menekan penyebaran virus dalam jangka pendek, kebijakan ini juga menimbulkan tekanan sosial, psikologis, dan ekonomi yang signifikan.
Latar Belakang Pencabutan Kebijakan
Keputusan pemerintah China untuk mengakhiri kebijakan ketat ini slot terbaru bukanlah tanpa alasan. Sepanjang tahun 2022, tekanan publik terhadap kebijakan Zero-COVID meningkat tajam, terutama setelah tragedi kebakaran apartemen di Urumqi yang menewaskan beberapa warga. Banyak warga menuding pembatasan ketat telah menghambat evakuasi. Peristiwa ini memicu protes nasional yang langka di berbagai kota besar seperti Shanghai dan Beijing, menuntut pelonggaran pembatasan.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi China melambat drastis. Industri manufaktur dan sektor jasa terpukul akibat lockdown yang tidak menentu. Ketidakpastian ini juga memengaruhi rantai pasokan global. Pemerintah menghadapi dilema: mempertahankan kebijakan ketat demi mencegah lonjakan kasus atau membuka kembali negara untuk menyelamatkan ekonomi. Akhirnya, pada Desember 2022, pemerintah mencabut banyak pembatasan dan secara bertahap mengubah pendekatan menuju “hidup berdampingan dengan virus”.
Dampak Sosial terhadap Masyarakat
Pencabutan kebijakan ini langsung memicu lonjakan infeksi COVID-19. Rumah sakit di berbagai kota besar kewalahan menangani pasien. Banyak warga mengeluhkan kurangnya transparansi data pemerintah terkait jumlah kasus dan kematian. Namun, dalam beberapa bulan setelah gelombang awal, situasi mulai stabil, dan masyarakat beradaptasi dengan realitas baru.
Secara sosial, pembukaan kembali memberi ruang napas bagi masyarakat. Sekolah-sekolah mulai beroperasi normal, perkantoran kembali aktif, dan mobilitas meningkat. Kegiatan sosial yang sebelumnya dilarang, seperti pertemuan keluarga besar atau perjalanan lintas provinsi, kini bisa dilakukan tanpa hambatan.
Namun demikian, tidak semua kelompok masyarakat mengalami pemulihan yang sama. Warga lanjut usia, yang memiliki tingkat vaksinasi lebih rendah, tetap menjadi kelompok rentan. Banyak keluarga masih khawatir mengizinkan orang tua mereka bepergian atau berkumpul dalam keramaian. Di sisi lain, kalangan muda dan kelas pekerja yang sempat tertekan oleh isolasi panjang, kini kembali mengejar kesempatan kerja dan pendidikan.
Dampak Ekonomi dan Psikologis
Salah satu dampak paling mencolok dari pencabutan kebijakan Zero-COVID adalah pemulihan ekonomi yang mulai terlihat sejak awal 2023. Sektor pariwisata domestik, ritel, dan makanan-minuman mencatatkan lonjakan permintaan. Arus lalu lintas udara dan kereta api meningkat tajam selama libur Tahun Baru Imlek 2023 — sebuah pemandangan yang nyaris tidak terlihat selama pandemi.
Namun, pemulihan ini juga disertai dengan tantangan. Banyak bisnis kecil dan menengah yang sudah gulung tikar selama periode lockdown tidak mampu bangkit kembali. Ketidakpastian ekonomi membuat sebagian besar konsumen berhati-hati dalam pengeluaran. Pengangguran di kalangan muda tetap tinggi, yang menjadi perhatian serius pemerintah.
Secara psikologis, masyarakat mengalami perubahan besar. Setelah bertahun-tahun hidup dalam ketakutan dan pembatasan, banyak orang mengalami kelelahan mental. Tingkat kecemasan, depresi, dan tekanan emosional meningkat, terutama di kalangan urban dan profesional muda. Meskipun pencabutan pembatasan membawa harapan, trauma kolektif akibat pandemi tidak mudah hilang begitu saja.
Transformasi Kebijakan Kesehatan
Perubahan strategi COVID-19 di China juga menandai transformasi dalam sistem kesehatan masyarakat. Pemerintah mulai mempercepat kampanye vaksinasi, terutama untuk kelompok rentan seperti lansia. Selain itu, layanan kesehatan digital dan konsultasi daring menjadi semakin umum. Penekanan kini bergeser dari pencegahan mutlak ke deteksi dini, perawatan cepat, dan edukasi publik.
Pandemi juga memperlihatkan pentingnya transparansi dan kepercayaan publik terhadap otoritas. Ketika informasi tidak terbuka, muncul ruang untuk spekulasi dan ketidakpercayaan. Pemerintah China kini menghadapi tantangan untuk membangun kembali kepercayaan rakyatnya, terutama dalam komunikasi krisis.
Kesimpulan
Pencabutan kebijakan Zero-COVID di China merupakan momen bersejarah yang membawa dampak luas bagi masyarakat. Di satu sisi, kebijakan ini membuka jalan menuju pemulihan sosial dan ekonomi. Di sisi lain, masyarakat harus menghadapi kenyataan baru: hidup berdampingan dengan virus dan menyesuaikan diri dengan berbagai ketidakpastian.
Perjalanan menuju normalitas bukanlah hal yang mudah, tetapi keputusan ini mencerminkan perubahan paradigma besar dalam pengelolaan krisis kesehatan di negara dengan lebih dari 1,4 miliar penduduk. Bagaimana China melangkah ke depan akan menjadi pelajaran penting bagi dunia dalam menghadapi pandemi dan dampak jangka panjangnya.